Kala Minoritas Berada di Mayoritas



mulut bergetar
kaki dan tangan pun ikut bergetar
mulut yang gatel ingin bicara
tertahan begitu saja
dengan ocehan mulut lain
hati ingin bercerita
tapi tak bisa diutarakan
ingin mendekat
namun diri ini memaksa untuk menjauh
mendekat namun diacuhkan
menjauh dianggap tak berempati
yaa.. itulah minoritas
ingin show up
dikira ga jelas 
dan ujung-ujungnya malah dihiraukan
ingin mengutarakan pendapat
namun, hanya sebagai bahan bacaan aja
sewaktu-waktu
datang seorang yang berceloteh
ditanggapilah celoteh itu dengan
si mayoritas
lalu, minoritas disinilah
yang hanya dibaca layaknya suatu bacaan "sampah"
minoritas terkadang juga dianggap remeh
disuruh-suruh
'layaknya majikan nyuruh pembantu'
yaa.. mungkin kayak suatu kata
'kita mah apa atuh'
hanyalah seorang minoritas yang selalu
dipandang sebelah mata
mungkin.. kita hanya bisa diam
namun, diamnya kita ini
'layaknya sebuah emas'
yang kecil barangnya namun bernilai tinggi
ingatlah !! 
minoritas tidaklah suatu barang yang tak berguna
minoritas juga bisa menjadi cahaya yang dapat menerangi kegelapan.

0 Comments